[RESENSI] HUJAN BULAN JUNI – Serpihan Sajak
Oleh : Ari Kuncoro
Judul : HUJAN
BULAN JUNI - Sepilihan Sajak
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Penerbit :
GPU
Tebel : 120 halaman
Genre : Non Fiksi
Terbit : Juni
–
ISBN : 978-979-22-9706-5
Tak ada yang
lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakan rintik
rindunya
kepada pohon berbunga
itu
tak ada yang lebih
bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya
jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di
jalan itu
tak ada yang lebih
arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak
terucapkan
diserap akar pohon
bunga itu
*(Hal:
104)
Siang
ini saya datang ke Perpustakaan PBG Bojonegoro untuk memilih buku yang akan
saya baca kemudian dijadikan resensi. Saya menemukan buku setebal 120 halaman,
saya tertarik ketika sekilas membaca judulnya “Hujan Bulan Juni”, ya mungkin karena
bertepatan hari ini adalah bulan Juni.. he he
Dengan
sampul tetesan air dan daun kering yang sedang jatuh, sepertinya ada sesuatu
yang menarik hati untuk membaca buku ini... dan ternyata setela membaca saya
semakin jatuh cinta pada buku yang berjudul “Hujan Bulan Juni” ini...
Saya
kira hampir setiap orang menyukai sajak, dan saya adalah salah satunya..
Siapa
yang tak mengenal kalimat indah seperti ini...
Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana
dengan kata yang tak
sempat diucapkan
kayu kepada api yang
dijadikan abu
aku ingin mencintaimu
dengan sederhana
dengan isyarat yang
tak sempat disampaikan
awan kepada hujan
yang menjadikan tiada
(hal:105)
Buku
berisi 102 sajak indah yang tertulis dari tahun 1959 sampai 1994 oleh Sapardi
Djoko Damono pujangga Indonesia.
Kata-kata
yang mengalir dalam sajak-sajaknya begitu sederhana, bahasa hati yang tidak
perlu kita melipat dahi atau membuka KBBI. Beberapa sajaknya banyak bicara
tentang alam, mengingatkan saya akan Sastra Hijau yang sedang digalakkan di
Indonesia, dan Sapardi Djoko Damono dalam karyanya Hujan Bulan Juni masuk
dalam ranah sastra hijau meski seorang filolog dan guru besar bahasa, A.Teeuw
mengatakan :
Dia (Sapardi Dkojo
Damono) menciptakan genre baru dalam kesustraan Indonesia yang sampai kini
belum ada nama yang sesuai untuknya...
Namun
secara feel subyektifitas saya sepaham bahwa
sajak-sajak Sapardi Djoko Damono masuk dalam sasta hijau, termasuk yang
berjudul Hujan, Jalak, Dan Daun Jambu. Simak
penggalan sajaknya berikut ini (116):
Hujan, Jalak, Dan
Daun Jambu
Hujan turun semalam
Paginya jalak
berkicau dan daun jambu bersemi
...
Jadi
secara keseluruhan memang layak sajak beliau masuk dalam ranah sastra hijau.
Selain masuk dalam sajak yang romansa sebab sebagai penikmat sajak, saya
sering merasa tersanjung sendiri membaca sajak sapardi Djoko Damono,
seperti pada saja berjudul Pertemuan (hal:32)...
Perempuan
mengirim air matanya
ke
tanah-tanah cahaya, ke kutub-kutub bulan
ke
landasan cakrawala, kepalanya di atas bantal
lembut
bagai bianglala...
Walau ada juga beberapa sajaknya dalam buku ini yang membuat saya gagal paham dalam mencari maknanya, seperti (hal:87):
Tuan
Tuan
Tuhan, bukan?
Tunggu
sebentar
saya
sedang keluar
(1980)
Jika
anda adalah penggemar sajak, layak anda membaca buku ini...
Jika
anda adalah orang yang romantis terhadap pasangan, sepertinya belum tepat kalau
anda belum membaca buku ini...
Anda
bisa meminjam buku yang berjudul “Hujan Bulan Juni” di Perpustakaan Pusat
Belajar Guru Bojonegoro...
0 komentar:
Posting Komentar