PENINGKATAN
PRESTASI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA
PADA
MATERI MENULIS “CERKAK” DENGAN MEDIA FOTO “SELFIE”
SISWA
KELAS IXA SMPN 1 BAURENO BOJONEGORO
OLEH:
EMI SUDARWATI, S.Pd
GA PBG, GURU BAHASA JAWA SMPN 1 BAURENO
Siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Baureno –
Bojonegoro, tidak berbeda
dengan siswa lain pada umumnya. Mereka
rata-rata kurang menyukai Pelajaran Bahasa Jawa, khususnya pada Materi Menulis
Pengalaman Pribadi menjadi Cerkak. Jika hal ini terus dibiarkan maka penulis
khawatir, lambat laun Bahasa Jawa akan musnah.
Hal
ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa belajar menulis Cerkak itu tidak menyenangkan.
Maka penulis akan mencoba memasuki dunia mereka. Berawal dari pertemanan di facebook, penulis
mengetahui bahwa sebenarnya anak-anak saat ini sangat menyukai foto
“selfie.” Karena itu, Media pembelajaran
foto “selfie” ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar menulis
“Cerkak” siswa kelas IX ini.
A. Latar Belakang
Pendidikan yang bermutu adalah yang
berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan
perubahan dalam kehidupan lokal,nasional, dan global melalui pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Jawapun tidak boleh
tertinggal oleh perubahan zaman.
Penulis sebagai salah guru bidang study
Bahasa Jawa, merasa memiliki peran
strategis dalam mempersiapkan peserta didik menjadi anak Indonesia yang cerdas
seutuhnya, baik
spiritual, emosional, sosial, intelektual, maupun kinestetis.
Suku Jawa memiliki bahasa sendiri yang cukup unik dan indah
tutur bahasanya. Tidak kalah dengan bahasa-bahasa
lain di belahan dunia manapun. Seperti
Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Bahasa Arab maupun Bahasa Sanskerta milik
India. Bahkan Bahasa Indonesia.
Masyarakat seolah
menutup mata dengan keberadaan
Bahasa Jawa, sebagai kekayaan lokal.
Jika kelak akan musnahpun,
sepertinya tak banyak yang peduli. Kecuali yang
benar-benar mencintai Bahasa dan Budaya Jawa.
Dan itu jumlahnya tidaklah banyak, jika
dibanding dengan jumlah penduduk yang tinggal dii pulau Jawa.
Di wilayah
Bojonegoro, khususnya di Baureno tidak banyak pengguna aktif Bahasa ibu ini. Tidak ada tulisan berbahasa Jawa tertempel
sebagai nama jalan layaknya di Jogjakarta.
Penulis ingin membangkitkan kembali rasa cinta masyarakat Baureno
terhadap kegiatan literasi
berbahasa Jawa. Karena Bahasa Jawa yang indah
dan mengandung filsafat itu warisan terbesar nenek moyang kita.
Anehnya, siswa SMPN
1 Baureno sepertinya enggan menulis
dengan menggunakan Bahasa Jawa sebagai warisan terbesar dari nenek moyangnya
itu. Penulis khawatir, jika hal ini
terus dibiarkan, maka pembelajaran
Bahasa Jawa akan benar-benar
dihapus. Ingat, kurikulum 2013 yang lalu, hal ini sudah banyak
menjadi perbincangan. Pelajaran Bahasa
Jawa sudah ditiadakan. Namun karena
kegigihan pemerhati Bahasa Jawa, akhirnya pembelajaran Bahasa Jawa tetap diajarkan.
Seiring
berjalanya waktu, jika hal
ini terus dibiarkan, bisa jadi Bahasa
daerah kita diakui oleh bangsa lain.
Masih hangat dalam ingatan kita kabar yang selalu menghiasi media massa
di negeri ini, tentang peristiwa Reyog Ponorogo nan begitu menghebohkan. Kita baru merasa kehilangan jika sesuatu yang
dimiliki sudah diakui oleh negara lain.
Guru
Bahasa Jawa tidak boleh terlena. Namun
harus selalu mengikuti perkembangan zaman.
Penulis akan coba memasuki dunia anak.
Hal pertama yang dilakukan adalah, dengan berteman di facebook. Dari situ kita tahu, bahwa anak-anak muda
paling suka foto selfie. Dari situ penulis berfikir, untuk
menjadikan foto selfie sebahai media
pembelajaran. Khususnya pada materi
Menulis Cerkak.
Salah
satu dasar melakukan inovasi pembelajaran ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Juga mengacu dari Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2010 Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
B. Konsep Yang Melandasi Karya Inovasi
Salah
satu dasar melakukan inovasi pembelajaran ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Juga mengacu dari Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2010 Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rasa yang membuncah dalam diri penulis untuk mengembangkan
pembelajaran Menulis Cerkak Bahasa
Jawa di SMP Negeri 1 Baureno. Karya
siswa tidaklah dituntut bernilai sastra yang teramat tinggi. Namun niat awal adalah menumbuhkan minat
belajar menulis. Pendidikan yang
bermutu adalah yang berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
menghadapi tantangan perubahan dalam kehidupan lokal, nasional, dan global
melalui pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Jawapun
tidak boleh tertinggal oleh perubahan zaman.
Penulis
sebagai salah guru bidang study Bahasa Jawa, merasa memiliki peran strategis dalam mempersiapkan
peserta didik menjadi anak Indonesia yang cerdas seutuhnya, baik spiritual, emosional,
sosial, intelektual, maupun kinestetis.
Suku Jawa memiliki bahasa sendiri yang cukup unik dan indah
tutur bahasanya. Tidak kalah dengan bahasa-bahasa
lain di belahan dunia manapun. Seperti
Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Bahasa Arab maupun Bahasa Sanskerta milik
India. Bahkan Bahasa Indonesia.
Masyarakat seolah
menutup mata dengan keberadaan
Bahasa Jawa, sebagai kekayaan lokal.
Jika kelak akan musnahpun,
sepertinya tak banyak yang peduli. Kecuali yang
benar-benar mencintai Bahasa dan budaya Jawa.
Dan itu jumlahnya tidaklah banyak, jika
dibanding dengan jumlah penduduk yang tinggal di pulau Jawa.
Di wilayah
Bojonegoro, khususnya di Baureno tidak banyak pengguna aktif Bahasa ibu ini. Tidak ada tulisan berbahasa Jawa tertempel
sebagai nama jalan layaknya di Jogjakarta.
Penulis ingin membangkitkan kembali rasa cinta masyarakat Baureno
terhadap kegiatan literasi
berbahasa Jawa. Karena Bahasa Jawa yang indah
dan mengandung filsafat itu warisan terbesar nenek moyang kita.
Anehnya, siswa SMPN
1 Baureno sepertinya enggan menulis
dengan menggunakan Bahasa Jawa sebagai warisan terbesar dari nenek moyangnya
itu. Penulis khawatir, jika hal ini
terus dibiarkan, maka pembelajaran
Bahasa Jawa akan benar-benar
dihapus. Ingat, kurikulum 2013 yang lalu, hal ini
sudah banyak menjadi perbincangan.
Pelajaran Bahasa Jawa sudah ditiadakan.
Namun karena kegigihan pemerhati Bahasa Jawa, akhirnya pembelajaran
Bahasa Jawa tetap diajarkan.
Seiring
berjalanya waktu, jika hal
ini terus dibiarkan, bisa jadi Bahasa
daerah kita diakui oleh bangsa lain.
Masih hangat dalam ingatan kita kabar yang selalu menghiasi media massa
di negeri ini, tentang peristiwa Reyog Ponorogo nan begitu menghebohkan. Kita baru merasa kehilangan jika sesuatu yang
dimiliki sudah diakui oleh negara lain.
Guru
Bahasa Jawa tidak boleh terlena. Namun
harus selalu mengikuti perkembangan zaman.
Penulis akan coba memasuki dunia anak.
Hal pertama yang dilakukan adalah, dengan berteman di facebook. Dari situ kita tahu, bahwa anak-anak muda
paling suka foto selfie. Dari situ penulis berfikir, untuk
menjadikan foto selfie sebahai media
pembelajaran. Khususnya pada materi
Menulis Cerkak.
C.
Rancangan
Karya Inovasi Pembelajaran
Mendapati maraknya foto selfie yang diunggah dalam media sosial, seperti facebook, twitter, dan lain-lain. Penulis sebagai guru mata pelajaran Bahasa
Jawa berangan-angan, untuk menjadikan foto
selfie sebagai media pembelajaran.
Hal ini pasti menarik, karena bisa memasuki dan memahami dunia mereka.
Langkah-langkah rancangan pembuatan foto selfie sebagai media pembelajaran
menulis Cerkak adalah:
1.
Mengunggah
foto selfie dari facebook siswa atau teman lain.
2.
Memilih
beberapa foto selfie yang berhasil
diunggah.
3.
Memasukkan
foto selfie tersebut dalam power poin
pembelajaran, atau mencetak foto selfie tersebut
jika di kelas tidak ada LCD.
D. Ide Dasar
Penulis selaku guru bidang study Bahasa
Jawa akan coba memasuki dunia anak. Hal
pertama yang dilakukan adalah, dengan berteman di face
book. Dari situ kita tahu, bahwa anak-anak muda
paling suka foto selfie. Dari situ penulis berfikir, untuk
menjadikan foto selfie sebahai media
pembelajaran. Khususnya pada materi Menulis Cerkak.
E.
Proses
Penemuan/Pembaharuan
Pada
tahun 2013, penulis mulai mencoba membuat media foto selfie pada materi menulis Cerkak. Namun belum diterapkan, karena ada keraguan
dalam diri penulis. Apakah media ini
dapat diterima atau tidak. Setelah hal
itu disampaikan pada saat desiminasi di MGMP Bahasa Daerah-Jawa, ternyata
mendapat sambutan baik. Dari situ
penulis berfikir, untuk menjadikan foto
selfie sebagai media pembelajaran.
Khususnya pada materi Menulis Cerkak.
Maka pada tahun 2014 dan 2015, penulis benar-benar menggunakan media
pembelajaran foto selfie.
F.
Aplikasi
Praktis dalam Pembelajaran
Pada materi Nulis Pengalaman Pribadi
dengan media foto selfie ini
sebenarnya sudah diterapkan pada semua kelas.
Namun yang hasilnya sangat signifikan dan paling efektif adalah pada
saat diterapkan di Kelas IXA.
Adapun aplikasi praktis media foto selfie ini pada materi Menulis Cerkak di Kelas IXA adalah sebagai berikut:
1. Guru memasuki ruang kelas IXA dan
menanyakan presensi siswa.
2. Guru dan siswa menyiapkan LCD dan media
pembelajaran foto selfie.
3. Guru bertanya, apakah siswa menyukai foto selfie?
4. Guru menghubungan antara media foto selfie dengan pembelajaran menulis Cerkak.
5. Siswa mengingat kembali pengalamannya
saat berfoto selfie dan menulis
sebuah cerita dengan tambahan imajinasi.
6. Salah satu siswa membacakan pengalaman
pribadinya di depan kelas, siswa lain dan guru memberikan kritik dan saran.
7. Guru meminta siswa membentuk kelompok,
dengan masing-masing anggota 5-6 siswa.
8. Cerkak yang dianggap paling baik dalam
kelompok direfisi kembali dan ditambahkan unsur imajinasi dari teman lain, dan
selanjutnya diakui sebagai tugas kelompok.
G.
Data
Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran
Jika pada pertemuan pertama, siswa
enggan menulis pengalaman pribadi menjadi sebuah Cerkak. Namun berbeda halnya
setelah guru menggunakan media pembelajaran foto
selfie siswa kelas IXA menjadi sangat antusias.
H. Analisis Hasil Aplikasi Praktis Inovasi
Pembelajaran
Sebelum guru menggunakan media pembelajaran foto selfie sebenarnya nilai menulis
Cerkak kelas IXA rata-rata sudah di atas KKM.
Hal ini disebabkan, rata-rata siswa sudah memperoleh materi menulis
pengalaman pribadi di kelas sebelumnya.
Namun tulisan siswa ini belum layak untuk dipublikasikan, karena
hasilnya belum maksimal. Penulis menaruh
harapan besar untuk bekerja sama dengan Pamarsudi
Sastrawan Jawi
Bojonegoro untuk
menerbitkan karya siswa ini.
Oleh karena itu, penulis berupaya untuk
memperbaiki Cerkak siswa agar layak
menjadi konsumsi publik. Dengan media
pembelajaran foto selfie tersebut,
nilai menulis Cerkak siswa kelas IXA
lebih baik. Dengan demikian, karya siswa
ini dapat diterbitkan untuk dengan judul buku Kumpulan Cerkak Enthung SMPN 1
Baureno Bojonegoro.
I. Simpulan
Setelah diuraikan panjang lebar tentang
inovasi pembelajaran Bahasa Jawa pada materi menulis Cerkak dengan media foto
selfie adalah sebagai berikut:
1. Siswa Kelas IXA enggan belajar menulis Cerkak karena guru belum menggunakan
media yang sesuai keinginan siswa.
2. Media pembelajaran Foto Selfie dapat meningkatkan prestasi Belajar siswa kelas IXA
dalam Menulis Cerkak, terbukti secara
keseluruhan nilai siswa meningkat.
J. Saran
Penulis selaku guru bidang study Bahasa Jawa menaruh harapan besar terhadap perkembangan literasi di
sekolah. Khususnya di SMPN 1 Baureno,
dan umumnya di Kabupaten Bojonegoro.
Oleh karena itu, penulis menyarankan:
1. Mudah-mudahan Kumpulan Cerkak “Lung” dan
“Enthung” ini mendapat apresiasi positif
dari berbagai pihak. Terutama dapat
menjadi inspirasi bagi siswa-siswi SMPN 1 Baureno, juga bagi sekolah-sekolah
lain di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya.
2. Penulis berharap, buku ini dapat
diperbanyak dengan dana dari pemerintah, dan bisa dibagi-bagikan dengan gratis
kepada seluruh siswa dan siswi SMP/MTS se-Kabupaten Bojonegoro.
DAFTAR BACAAN
Afifah,
Siti. 2006. Peningkatan Prestasi Belajar
dengan menggunakan Pendekatan STAD. Lamongan:Dinas Pendidikan
Aqib,
Zainal. 2008. Penelitian Tindakan kelas
untuk Guru SMP, SMA dan SMK. Bandung:Yrama Widya
Aqib,
Zainal. 2008. Standar Kualifikasi-Kompetensi-Sertifikasi
guru-Kepala sekolah-Pengawas. Bandung:Yrama Widya
Aqib,
Zainal. 2003. Karya Tulis ilmiah bagi
Pengembangan profesi guru. Bandung:Yrama Widya
Aqib,
Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam
Pembelajaran. Surabaya:Insan cendekia
Aqib,
Zainal. 2008. Membangun Profesionalisme
Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung:Yrama Widya
Aqib,
Zainal. 2009. PTK untuk Guru.
Bandung:Yrama Widya
Aqib,
Zainal. 2008. Pedoman Pemilihan guru
Berprestasi, Kepala Sekolah Berprestasi, Pengawas sekolah Berprestasi.
Bandung:Yrama Widya
Aqib,
Zainal. 2008. Pelangi beasiswa Solusi
Meraih prestasi. Bandung:Yrama Widya
Depdikbud.
2001. Petunjuk Teknis Pelaksanaan CAR.
Jakarta:Depdiknas
Melvin L. Siberman. 2004. Active Learning. 101 cara belajar siswa aktif. Bandung : Nuansa dan
Nusamedia
Moeliono, Anton. M. et. al. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai pustaka
Nadeak,
Wilson. 1986. Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses. Bandung:Sinar Baru
P3M. 1999. Jurnal
Gentengkali. Surabaya:Depdikbud Kanwil Jatim
P3M. 2002. Pelangi
Pendidikan. Jakarta:Depdiknas
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar.
Jakarta:P2LPIK depdikbud
Prawiroadmodjo,
S. 1993. Bausastra Jawa-Indonesia.
Jakarta:CV. Haji Masagung
Rustam dan Mundilarto.2004. Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
Sudaryanto. et. al. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Jokjakrta:Duta Wacana University
Press
TIM. 2004. Standar Kompetensi. Jakarta:Depdiknas
TIM. 2006. Standar Isi. Jakarta:Depdiknas
TIM.
2008. Lebda Basa jawa Adhedhasar KTSP
Mata Pelaajaran Bahasa Jawa. Surabaya:Intan pariwara
TIM.
1991. Kamus besar bahasa Indonesia.
Jakarta:Balai pustaka
0 komentar:
Posting Komentar