Home » » PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA

PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA

Posted by
PUSAT BELAJAR GURU (PBG) BOJONEGORO
on Rabu, 29 April 2015



PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA
PADA MATERI MENULIS “CERKAK” DENGAN MEDIA FOTO “SELFIE”
SISWA KELAS IXA SMPN 1 BAURENO BOJONEGORO

OLEH:
EMI SUDARWATI, S.Pd
GA PBG, GURU BAHASA JAWA SMPN 1 BAURENO

Siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Baureno – Bojonegoro, tidak berbeda dengan siswa lain pada umumnya.  Mereka rata-rata kurang menyukai Pelajaran Bahasa Jawa, khususnya pada Materi Menulis Pengalaman Pribadi menjadi Cerkak.  Jika hal ini terus dibiarkan maka penulis khawatir, lambat laun Bahasa Jawa akan musnah.
          Hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa belajar menulis Cerkak itu tidak menyenangkan.  Maka penulis akan mencoba memasuki dunia mereka.  Berawal dari pertemanan di facebook, penulis mengetahui bahwa sebenarnya anak-anak saat ini sangat menyukai foto “selfie.”  Karena itu, Media pembelajaran foto “selfie” ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar menulis “Cerkak” siswa kelas IX ini.

A.        Latar Belakang
Pendidikan yang bermutu adalah yang berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan perubahan dalam kehidupan lokal,nasional, dan global melalui pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Jawapun tidak boleh tertinggal oleh perubahan zaman.
Penulis sebagai salah guru bidang study Bahasa Jawa, merasa memiliki peran strategis dalam mempersiapkan peserta didik menjadi anak Indonesia yang cerdas seutuhnya, baik spiritual, emosional, sosial, intelektual, maupun kinestetis. 
Suku Jawa memiliki bahasa sendiri yang cukup unik dan indah tutur bahasanya.  Tidak kalah dengan bahasa-bahasa lain di belahan dunia manapun.  Seperti Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Bahasa Arab maupun Bahasa Sanskerta milik India.  Bahkan Bahasa Indonesia. 
Masyarakat seolah menutup mata dengan keberadaan Bahasa Jawa, sebagai kekayaan lokal.  Jika kelak akan musnahpun, sepertinya tak banyak yang peduli.  Kecuali yang benar-benar mencintai Bahasa dan Budaya Jawa.  Dan itu jumlahnya tidaklah banyak, jika dibanding dengan jumlah penduduk yang tinggal dii pulau Jawa.
Di wilayah Bojonegoro, khususnya di Baureno tidak banyak pengguna aktif Bahasa ibu ini.  Tidak ada tulisan berbahasa Jawa tertempel sebagai nama jalan layaknya di Jogjakarta.  Penulis ingin membangkitkan kembali rasa cinta masyarakat Baureno terhadap kegiatan literasi berbahasa Jawa.  Karena Bahasa Jawa yang indah dan mengandung filsafat itu warisan terbesar nenek moyang kita.
Anehnya, siswa SMPN 1 Baureno sepertinya enggan menulis dengan menggunakan Bahasa Jawa sebagai warisan terbesar dari nenek moyangnya itu.  Penulis khawatir, jika hal ini terus dibiarkan, maka pembelajaran Bahasa Jawa akan benar-benar dihapus.  Ingat, kurikulum 2013 yang lalu, hal ini sudah banyak menjadi perbincangan.  Pelajaran Bahasa Jawa sudah ditiadakan.  Namun karena kegigihan pemerhati Bahasa Jawa, akhirnya pembelajaran Bahasa Jawa tetap diajarkan. 
Seiring berjalanya waktu, jika hal ini terus dibiarkan, bisa jadi Bahasa daerah kita diakui oleh bangsa lain.  Masih hangat dalam ingatan kita kabar yang selalu menghiasi media massa di negeri ini, tentang peristiwa Reyog Ponorogo nan begitu menghebohkan.  Kita baru merasa kehilangan jika sesuatu yang dimiliki sudah diakui oleh negara lain.
Guru Bahasa Jawa tidak boleh terlena.  Namun harus selalu mengikuti perkembangan zaman.  Penulis akan coba memasuki dunia anak.  Hal pertama yang dilakukan adalah, dengan berteman di facebook.  Dari situ kita tahu, bahwa anak-anak muda paling suka foto selfie.  Dari situ penulis berfikir, untuk menjadikan foto selfie sebahai media pembelajaran.  Khususnya pada materi Menulis Cerkak.
Salah satu dasar melakukan inovasi pembelajaran ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.  Juga mengacu dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2010 Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

B.    Konsep Yang Melandasi Karya Inovasi
Salah satu dasar melakukan inovasi pembelajaran ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.  Juga mengacu dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2010 Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rasa yang membuncah dalam diri penulis untuk mengembangkan pembelajaran Menulis Cerkak Bahasa Jawa di SMP Negeri 1 Baureno.  Karya siswa tidaklah dituntut bernilai sastra yang teramat tinggi.  Namun niat awal adalah menumbuhkan minat belajar menulis.   Pendidikan yang bermutu adalah yang berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan perubahan dalam kehidupan lokal, nasional, dan global melalui pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.  Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Jawapun tidak boleh tertinggal oleh perubahan zaman.
Penulis sebagai salah guru bidang study Bahasa Jawa, merasa memiliki peran strategis dalam mempersiapkan peserta didik menjadi anak Indonesia yang cerdas seutuhnya, baik spiritual, emosional, sosial, intelektual, maupun kinestetis.
Suku Jawa memiliki bahasa sendiri yang cukup unik dan indah tutur bahasanya.  Tidak kalah dengan bahasa-bahasa lain di belahan dunia manapun.  Seperti Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Bahasa Arab maupun Bahasa Sanskerta milik India.  Bahkan Bahasa Indonesia. 
Masyarakat seolah menutup mata dengan keberadaan Bahasa Jawa, sebagai kekayaan lokal.  Jika kelak akan musnahpun, sepertinya tak banyak yang peduli.  Kecuali yang benar-benar mencintai Bahasa dan budaya Jawa.  Dan itu jumlahnya tidaklah banyak, jika dibanding dengan jumlah penduduk yang tinggal di pulau Jawa.
Di wilayah Bojonegoro, khususnya di Baureno tidak banyak pengguna aktif Bahasa ibu ini.  Tidak ada tulisan berbahasa Jawa tertempel sebagai nama jalan layaknya di Jogjakarta.  Penulis ingin membangkitkan kembali rasa cinta masyarakat Baureno terhadap kegiatan literasi berbahasa Jawa.  Karena Bahasa Jawa yang indah dan mengandung filsafat itu warisan terbesar nenek moyang kita.

Anehnya, siswa SMPN 1 Baureno sepertinya enggan menulis dengan menggunakan Bahasa Jawa sebagai warisan terbesar dari nenek moyangnya itu.  Penulis khawatir, jika hal ini terus dibiarkan, maka pembelajaran Bahasa Jawa akan benar-benar dihapus.  Ingat, kurikulum 2013 yang lalu, hal ini sudah banyak menjadi perbincangan.  Pelajaran Bahasa Jawa sudah ditiadakan.  Namun karena kegigihan pemerhati Bahasa Jawa, akhirnya pembelajaran Bahasa Jawa tetap diajarkan. 
Seiring berjalanya waktu, jika hal ini terus dibiarkan, bisa jadi Bahasa daerah kita diakui oleh bangsa lain.  Masih hangat dalam ingatan kita kabar yang selalu menghiasi media massa di negeri ini, tentang peristiwa Reyog Ponorogo nan begitu menghebohkan.  Kita baru merasa kehilangan jika sesuatu yang dimiliki sudah diakui oleh negara lain.
Guru Bahasa Jawa tidak boleh terlena.  Namun harus selalu mengikuti perkembangan zaman.  Penulis akan coba memasuki dunia anak.  Hal pertama yang dilakukan adalah, dengan berteman di facebook.  Dari situ kita tahu, bahwa anak-anak muda paling suka foto selfie.  Dari situ penulis berfikir, untuk menjadikan foto selfie sebahai media pembelajaran.  Khususnya pada materi Menulis Cerkak.

C.        Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran
Mendapati maraknya foto selfie yang diunggah dalam media sosial, seperti facebook, twitter, dan lain-lain.  Penulis sebagai guru mata pelajaran Bahasa Jawa berangan-angan, untuk menjadikan foto selfie sebagai media pembelajaran.  Hal ini pasti menarik, karena bisa memasuki dan memahami dunia mereka.
Langkah-langkah rancangan pembuatan foto selfie sebagai media pembelajaran menulis Cerkak adalah:
1.      Mengunggah foto selfie dari facebook siswa atau teman lain.
2.      Memilih beberapa foto selfie yang berhasil diunggah.
3.      Memasukkan foto selfie tersebut dalam power poin pembelajaran, atau mencetak foto selfie tersebut jika di kelas tidak ada LCD. 

D.   Ide Dasar
Penulis selaku guru bidang study Bahasa Jawa akan coba memasuki dunia anak.  Hal pertama yang dilakukan adalah, dengan berteman di face book.  Dari situ kita tahu, bahwa anak-anak muda paling suka foto selfie.  Dari situ penulis berfikir, untuk menjadikan foto selfie sebahai media pembelajaran.  Khususnya pada materi Menulis Cerkak.

E.    Proses Penemuan/Pembaharuan
Pada tahun 2013, penulis mulai mencoba membuat media foto selfie pada materi menulis Cerkak.  Namun belum diterapkan, karena ada keraguan dalam diri penulis.  Apakah media ini dapat diterima atau tidak.  Setelah hal itu disampaikan pada saat desiminasi di MGMP Bahasa Daerah-Jawa, ternyata mendapat sambutan baik.  Dari situ penulis berfikir, untuk menjadikan foto selfie sebagai media pembelajaran.  Khususnya pada materi Menulis Cerkak.  Maka pada tahun 2014 dan 2015, penulis benar-benar menggunakan media pembelajaran foto selfie.

F.         Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran
Pada materi Nulis Pengalaman Pribadi dengan media foto selfie ini sebenarnya sudah diterapkan pada semua kelas.  Namun yang hasilnya sangat signifikan dan paling efektif adalah pada saat diterapkan di Kelas IXA.
Adapun aplikasi praktis media foto selfie ini pada  materi Menulis Cerkak di Kelas IXA adalah sebagai berikut:
1.      Guru memasuki ruang kelas IXA dan menanyakan presensi siswa.
2.      Guru dan siswa menyiapkan LCD dan media pembelajaran foto selfie.
3.      Guru bertanya, apakah siswa menyukai foto selfie?
4.      Guru menghubungan antara media foto selfie dengan pembelajaran menulis Cerkak.
5.      Siswa mengingat kembali pengalamannya saat berfoto selfie dan menulis sebuah cerita dengan tambahan imajinasi.
6.      Salah satu siswa membacakan pengalaman pribadinya di depan kelas, siswa lain dan guru memberikan kritik dan saran.
7.      Guru meminta siswa membentuk kelompok, dengan masing-masing anggota  5-6 siswa.
8.      Cerkak yang dianggap paling baik dalam kelompok direfisi kembali dan ditambahkan unsur imajinasi dari teman lain, dan selanjutnya diakui sebagai tugas kelompok.

G.        Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran
Jika pada pertemuan pertama, siswa enggan menulis pengalaman pribadi menjadi sebuah Cerkak.  Namun berbeda halnya setelah guru menggunakan media pembelajaran foto selfie siswa kelas IXA menjadi sangat antusias.  
H.   Analisis Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran
Sebelum guru menggunakan media pembelajaran foto selfie sebenarnya nilai menulis Cerkak kelas IXA rata-rata sudah di atas KKM.  Hal ini disebabkan, rata-rata siswa sudah memperoleh materi menulis pengalaman pribadi di kelas sebelumnya.  Namun tulisan siswa ini belum layak untuk dipublikasikan, karena hasilnya belum maksimal.  Penulis menaruh harapan besar untuk bekerja sama dengan Pamarsudi Sastrawan Jawi Bojonegoro untuk menerbitkan karya siswa ini.
Oleh karena itu, penulis berupaya untuk memperbaiki Cerkak siswa agar layak menjadi konsumsi publik.  Dengan media pembelajaran foto selfie tersebut, nilai menulis Cerkak siswa kelas IXA lebih baik.  Dengan demikian, karya siswa ini dapat diterbitkan untuk dengan judul buku Kumpulan Cerkak Enthung SMPN 1 Baureno Bojonegoro.


I.      Simpulan
Setelah diuraikan panjang lebar tentang inovasi pembelajaran Bahasa Jawa pada materi menulis Cerkak dengan media foto selfie adalah sebagai berikut:
1.      Siswa Kelas IXA enggan belajar menulis Cerkak karena guru belum menggunakan media yang sesuai keinginan siswa.
2.      Media pembelajaran Foto Selfie dapat meningkatkan prestasi Belajar siswa kelas IXA dalam Menulis Cerkak, terbukti secara keseluruhan nilai siswa meningkat.

J.    Saran
Penulis selaku guru bidang study Bahasa Jawa menaruh harapan besar terhadap perkembangan literasi di sekolah.  Khususnya di SMPN 1 Baureno, dan umumnya di Kabupaten Bojonegoro.  Oleh karena itu, penulis menyarankan:
1.      Mudah-mudahan Kumpulan Cerkak “Lung” dan “Enthung”  ini mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak.  Terutama dapat menjadi inspirasi bagi siswa-siswi SMPN 1 Baureno, juga bagi sekolah-sekolah lain di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya.
2.      Penulis berharap, buku ini dapat diperbanyak dengan dana dari pemerintah, dan bisa dibagi-bagikan dengan gratis kepada seluruh siswa dan siswi SMP/MTS se-Kabupaten Bojonegoro.


DAFTAR BACAAN

Afifah, Siti. 2006. Peningkatan Prestasi Belajar dengan menggunakan Pendekatan STAD. Lamongan:Dinas Pendidikan
Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan kelas untuk Guru SMP, SMA dan SMK. Bandung:Yrama Widya
Aqib, Zainal. 2008. Standar Kualifikasi-Kompetensi-Sertifikasi guru-Kepala sekolah-Pengawas. Bandung:Yrama Widya
Aqib, Zainal. 2003. Karya Tulis ilmiah bagi Pengembangan profesi guru. Bandung:Yrama Widya
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya:Insan cendekia
Aqib, Zainal. 2008. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung:Yrama Widya
Aqib, Zainal. 2009. PTK untuk Guru. Bandung:Yrama Widya
Aqib, Zainal. 2008. Pedoman Pemilihan guru Berprestasi, Kepala Sekolah Berprestasi, Pengawas sekolah Berprestasi. Bandung:Yrama Widya
Aqib, Zainal. 2008. Pelangi beasiswa Solusi Meraih prestasi. Bandung:Yrama Widya
Depdikbud. 2001. Petunjuk Teknis Pelaksanaan CAR. Jakarta:Depdiknas
Melvin L. Siberman. 2004. Active Learning. 101 cara belajar siswa aktif. Bandung : Nuansa dan Nusamedia
Moeliono, Anton. M. et. al. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai pustaka
Nadeak, Wilson. 1986.  Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses. Bandung:Sinar Baru
P3M. 1999. Jurnal Gentengkali. Surabaya:Depdikbud Kanwil Jatim
P3M. 2002. Pelangi Pendidikan. Jakarta:Depdiknas
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta:P2LPIK depdikbud
Prawiroadmodjo, S. 1993. Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta:CV. Haji Masagung
Rustam dan Mundilarto.2004. Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
Sudaryanto. et. al. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Jokjakrta:Duta Wacana University Press
TIM. 2004. Standar Kompetensi. Jakarta:Depdiknas
TIM. 2006. Standar Isi. Jakarta:Depdiknas
TIM. 2008. Lebda Basa jawa Adhedhasar KTSP Mata Pelaajaran Bahasa Jawa. Surabaya:Intan pariwara
TIM. 1991. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta:Balai pustaka






0 komentar:

Posting Komentar

PBG Bojonegoro. Diberdayakan oleh Blogger.