Surat
Terbuka untuk Mendikbud ANIES BASWEDAN
SEPUTAR SEKOLAH
MENYENANGKAN
Oleh:
Susanto *)
*) Susanto, M.
Pd., Alumnus Magister UNS Surakarta.
Juara II Guru
Prestasi Provinsi Jatim 2012
Mengajar di
SMAN 3 Bojonegoro.
Mendikbud Anies Baswedan saat
menutup Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2015 mengungkapkan bahwa Lembaga pendidikan harus menjadi
seperti taman supaya menyenangkan. Anies menyampaikan di depan kepala dinas
pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota di Gedung Pancasila kompleks Pusat
Pengembangan Yenaga Pendidik (Pusbangtendik) Kemendikbud di Cinangka, Depok,
Jawa Barat.
Mendikbud memberikan resep.
Pertama adalah pelibatan semua pihak dalam proses
pembelajaran. Mulai dari guru, siswa, hingga orang tua siswa. Kedua, guru harus
sering mengajak siswa keluar kelas atau sekolah. Dengan mengajak siswa ke
masyarakat seperti itu, guru bisa mengajarkan ilmu yang riil. Ketiga, guru harus
mengajarkan materi pelajaran yang relevan atau nyambung dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Keempat, semua pihak harus mulai menata proses
pembelajaran yang baik. Para siswa tidak hanya digenjot urusan kognitifnya
saja. Tetapi, juga harus dibarengi dengan pembentukan kreativitas (Jawa
Pos Online, 31/3).
Dalam konteks ini, perkenan saya untuk menulis surat
untuk Bapak Anies Baswedan terkait dengan sekolah yang menyenangkan. Dengan
harapan, tulisan ini bisa menjadi bahan kajian sesuai apa yang disampaikan oleh
oleh Mendikbud untuk guru dan steakholder pendidikan di Indonesia pada umumnya
khsusnya untuk Bojonegoro tercinta.
Perilaku Kreatif
Sharp, C. (2004) dalam bukunya, Developing young children’s creativity:
what can we learn from research? menjelaskan tentang bagaimana membentuk perilaku
kreatif peserta didik. Beberapa
diantaranya: tugas yang tidak hanya
memiliki satu jawaban benar, mentolerir
jawaban yang nyeleneh, menekankan pada proses bukan hanya hasil saja, memberanikan peserta didik untuk (mencoba, menentukan sendiri yang kurang jelas/lengkap informasi, memiliki
interpretasi sendiri terkait pengetahuan/kejadian, memberikan keseimbangan
antara kegiatan terstruktur dan spontan/ekspresif),
Esensi sekolah yang menyenangkan
pada hakikatnya tetap pada spirit untuk mencerdaskan bangsa sehingga peserta
didik lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif dan bergairah dan senang selama
di sekolah. Sekolah yang menyenangkan harus dapat menjawab problematika yang
ada saat saat ini dan pendidikan Indonesia sehingga lebih berkarakter, berdaya
saing, dan bermartabat. Memahami sekolah menyenangkan harus mengedepankan
semangat memahami potensi diri peserta segala kreativitasnya. Tentunya guru harus selalu mengunakan metode yang
inovatif dalam pembelajarannya.
Lantas apa yang harus dipahami oleh siswa,
guru, dan juga masyarakat menyangkut
sekolah yang menyenangkan ini? Paling tidak pertama, siswa tetap semangat belajar dengan semangat. Sebab
bagimanapun tugas siswa adalah belajar demi menyiapkan masa depan yang lebih
baik. Memahami pokok persoalan baik yang menyangkut sikap, pengetahuan dan juga
ketrampilan dengan harapan dapat memahami persoalan secara mandiri dan penuh
tanggung jawab.
Kedua, guru tetap
menjalankan tugas sehari-hari dengan semangat. Jangan memakai filosofi “Apapun
makanannya minumnya tetap teh botol”. Guru harus ganti filosofi “meski
ganti-ganti kurikulum semangat tetap satu mencerdaskan kehidupan bangsa”. Guru
tetap semangat dalam menghadapi perubahan apapun baik yang menyangkut kebijakan
atau kurikulum.
Ketiga, tugas orang
tua/masyarakat tetap sebagai fasilitator untuk
mendukung sekolah-sekolah agar berkembang menjadi lembaga
profesional dan otonom. Sehingga mutu pelayanan mereka memberi kepuasan
terhadap komunitas basisnya, yaitu masyarakat. Peran serta masyarakat dalam
pengembangan mutu pendidikan di Indonesia harus menjadi hal utama dalam memberikan
penguatan ke arah lebih baik.
Hakikat Menyenangkan
Proses pembelajaran agar berkualitas dan
menyenangkan tentunya ada beberapa hal selain yang diungkapkan oleh Anies
Baswedan. Pertama, adalah dalam setiap proses pembelajaran siswa dan
guru harus seperti keluarga, pada sektor ini murid harus diperlakukan sebagai
individu yang utuh. Artinnya seluruh siswa harus di didik dan mereka tidak
dipaksa untuk berfikir terlalu keras tanpa melalui proses pembelajaran terlebih
dahulu. Misalnya jika seorang guru pengajar melakukan free test secara mendadak
tanpa memberi tahu siswa terlebih dahulu maka siswa akan merasa tertekan dan
memaksakan otaknya untuk mengingat materi lebih banyak dari kapasitas memori di
otaknya.
Kedua, adalah proses pembelajaran
laksana rumah sakit. Hal ini dimaksudkan bahwa sekolah adalah proses
pembelajaran dalam membedakan manajemen dan pengambilan keputusan-keputusan
secara profesional dengan melalui percobaan-percobaan yang telah terbukti
kebenarannya. Karena dalam proses pembelajaran ini harus lebih dahulu
melaksanakan diagnosa perspektif, proses pembelajaran ini adalah proses
pendekatan yang bersifat klinik.
Ketiga, adalah proses
pembelajaran laksana pertempuran atau zona perang. Sebuh gambaran tentang
proses pembelajaran yang harus selalu aktif dan agresif namun masih dalam situasi
yang damai. Seorang siswa harus bersaing secara ketat dan selektif, namun masih
dalam status damai guna memperoleh nilai yang terbaik dibandingkan teman-teman
sebayanya. Seorang siswa harus belajar lebih giat lagi guna mampu bersaing
dengan teman-teman yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi diatasnya.
Keempat, adalah
proses pembelajaran laksana managemen perusahaan. Proses pembelajaran ini
menekankan pada sektor praktek lapangan. Pembelajaran laksana managemen
perusahaan dikembangkan karena sifatnya yang mencetak generasi bangsa yang
bertehnik jaringan pemasaran (assembly)
dan kualitasnya terkontrol atau (quality
control).
Kelima, adalah proses pembelajaran sebagai organisasi kerja ilmiah pengetahuan. Di
sekolah siswa harus bekerja secara teliti, sama halnya pada sektor pembelajaran
rumah sehat, seorang siswa harus melakukan percobaan-percobaan yang telah terbukti
kebenarannya. Ini dikuatkan dengan berbagai pekerjaan tugas dari sekolah berupa
pekerjaan rumah atau (PR), pekerjaan kelas dan pekerjaan lainnya. Peserta didik
ke depan akan menjadi pekerja ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah
dengan melalui proses percobaan.
Nah,
tentunya konsep belajar yang menyenangkan seperti yang digagas oleh
Mendikbud Anes Baswedan tidak akan berjalan maksimal manakala tidak ada
dukungan dari pemerintah khususnya Kemendikbud dan juga pemerintah daerah.
Mengapa demikian? Karena jujur harus diakui problema pendidikan kita sebenarnya
bukan semata faktor guru akan tetapi juga masalah infrastruktur dan sarana
sekolah.
Terkait konsep Mendikbud tersebut saya yakin
guru-guru di seluruh Indonesia siap untuk lebih baik. Sebab bagaimanapun
juga guru pengajarlah yang paling memahami mengapa prestasi belajar siswa
menurun. Mengapa sebagian murid bolos atau bahkan putus sekolah? Metode belajar apakah yang efektif? Apakah kurikulumnya dapat dilaksanakan dan masih banyak lagi permasalahan
yang ada.
Dengan
demikan, kepala sekolah dan guru pengajar harus mengembangkan kemampuan dalam melakukan kajian serta analisis agar semakin peka dan
memahami dengan cepat cara-cara pemecahan masalah pendidikan di sekolahnya
masing-masing
khususnya pembelajaran yang menyenangkan. Bukankah
begitu Pak Anies Baswedan?
Sukses Pak Santo...
BalasHapus